Progres MRT Bundaran HI-Kota Rampung Sebagian, Target 2027
Progres MRT Bundaran HI-Kota Rampung Sebagian, Target 2027

Progres MRT Bundaran HI-Kota Kini Mencapai 51 Persen Dan Ditargetkan Selesai Tepat Waktu Pada Akhir Tahun 2027. Angka ini menunjukkan pencapaian yang lebih tinggi dari target semula, yaitu 50,23 persen, dengan peningkatan sebesar 1,32 persen dari akhir Juni 2025. Pembangunan fase 2A MRT Jakarta menjadi perhatian utama masyarakat karena rute ini menghubungkan kawasan vital di jantung ibu kota, termasuk Thamrin, Monas, hingga Kota Tua.
Dengan panjang lintasan sekitar 5,8 kilometer, fase 2A terdiri dari tujuh stasiun bawah tanah. Pemerintah melalui PT MRT Jakarta (Perseroda) telah membagi proyek ini menjadi beberapa paket kontrak untuk memastikan pengerjaan berjalan paralel dan efisien. Tujuannya adalah mempercepat realisasi transportasi massal yang aman, nyaman, dan terintegrasi. Setiap stasiun dirancang dengan pendekatan arsitektur modern serta mengutamakan aksesibilitas bagi penyandang disabilitas. Selain itu, pengembangan kawasan stasiun juga mengadopsi konsep berorientasi transit untuk mendorong konektivitas antar moda.
Capaian signifikan terlihat pada paket CP201 yang mencakup pembangunan Stasiun Thamrin dan Monas. Hingga Juli 2025, konstruksi telah menyentuh 88,869 persen, mencakup instalasi eskalator, ekskavasi entre, serta penyelesaian arsitektural. Sementara itu, paket CP202 yang mencakup Stasiun Harmoni, Sawah Besar, dan Mangga Besar, menunjukkan progres 55,64 persen. Pekerjaan di ketiga stasiun tersebut meliputi pengecoran, pembuatan kanal bawah tanah, serta pemasangan sistem mekanikal dan elektrikal. Tim konstruksi juga tengah menyiapkan pengoperasian mesin bor terowongan untuk melanjutkan pembangunan segmen bawah tanah.
Progres MRT ini menjadi kabar baik sekaligus indikator positif bahwa proyek transportasi massal di Jakarta semakin menunjukkan arah yang jelas. Di tengah kompleksitas pembangunan bawah tanah dan tantangan teknis lainnya, pencapaian ini menjadi bukti kerja sama yang kuat antara pemerintah, kontraktor, dan masyarakat. Kesuksesan ini juga menjadi fondasi penting menuju target pengoperasian pada 2027.
Pencapaian Proyek Di Setiap Titik Strategis
Pembangunan stasiun bawah tanah MRT Jakarta fase 2A merupakan proyek yang kompleks, terutama karena sebagian besar lokasinya berada di kawasan padat aktivitas dan lalu lintas tinggi. Pada paket CP203, progres pembangunan Stasiun Glodok dan Kota telah mencapai 75,95 persen per akhir Juli 2025. Aktivitas konstruksi yang berjalan meliputi pemasangan tangga akses pemadam kebakaran, pembangunan struktur bok stasiun, serta instalasi sistem mekanikal, elektrikal, dan plumbing (MEP). Kedua stasiun ini memiliki peran vital karena berada di jantung kawasan historis dan pusat perdagangan Ibu Kota, sehingga setiap langkah pembangunan harus dilakukan dengan sangat cermat agar tidak mengganggu aktivitas masyarakat sekitar.
Selain pekerjaan sipil di stasiun, tantangan besar juga datang dari proses ekskavasi dan pembangunan terowongan bawah tanah. PT MRT Jakarta kini sedang mempersiapkan pengoperasian tunnel boring machine (TBM) kedua sebagai bagian dari upaya mempercepat penyelesaian jalur bawah tanah. Di saat yang sama, produksi segment beton untuk dinding terowongan terus berlangsung guna menunjang kelancaran proses pengeboran. Pencapaian Proyek Di Setiap Titik Strategis menjadi hal yang diperhatikan secara ketat, karena konsistensi di tiap bagian proyek akan menentukan keberhasilan integrasi antar stasiun dan sistem secara keseluruhan.
Adapun pada paket CP205 yang menangani sistem perkeretaapian dan rel, progres tercatat telah mencapai 20,88 persen per 25 Juli 2025. Seluruh rel sudah berada di Jakarta dan tengah melalui proses distribusi menuju titik instalasi. Di sisi lain, produksi sleeper atau bantalan rel juga terus dikebut untuk memastikan kesiapan infrastruktur sebelum tahap instalasi dimulai. Proses ini menjadi fondasi penting agar sistem rel MRT dapat dioperasikan secara aman dan efisien sesuai jadwal yang ditargetkan.
Menakar Dampak Sosial Dan Transportasi Dari Progres MRT
Kehadiran jalur MRT fase 2A tidak hanya berfungsi sebagai tambahan infrastruktur transportasi. Jalur ini juga menjadi katalis pembangunan kota yang lebih terintegrasi. Konsep pembangunan berbasis transit atau transit-oriented development (TOD) menjadi landasan utama pengembangan sistem ini. Konsep tersebut mendorong masyarakat beralih ke pola mobilitas yang lebih ramah lingkungan. Menakar Dampak Sosial Dan Transportasi Dari Progres MRT, konsep ini menjadi titik awal transformasi Jakarta menuju kota dengan akses publik yang efisien dan berkelanjutan. Jalur ini dirancang agar memudahkan akses ke pusat kegiatan ekonomi, pendidikan, dan layanan publik tanpa ketergantungan kendaraan pribadi.
Pembangunan MRT fase 2A juga mendorong peningkatan daya saing Jakarta di tingkat regional dan global. Akses dari Bundaran HI ke Kota dalam waktu 15 menit akan mengubah wajah transportasi publik. Selain mempercepat waktu tempuh, MRT ini juga mengajak masyarakat untuk beralih ke moda transportasi massal. Perubahan kebiasaan ini diharapkan memperkuat sistem mobilitas yang modern dan berkelanjutan. Di sisi lain, proyek ini membuka peluang ekonomi di sekitar kawasan stasiun. Peluang tersebut mendorong pertumbuhan sektor bisnis lokal dan properti di wilayah yang terdampak.
Menurut PT MRT Jakarta, fase ini dibagi menjadi dua segmen utama. Bundaran HI–Harmoni ditargetkan rampung pada 2027, sementara Harmoni–Kota pada 2029. Jika seluruh jaringan selesai, jalur utara–selatan akan memiliki panjang 27,8 kilometer. Jalur ini bisa ditempuh dari Lebak Bulus hingga Kota Tua dalam waktu sekitar 45 menit. Dengan Progres MRT yang terus menunjukkan hasil konkret, manfaat sosial seperti pengurangan kemacetan dan efisiensi waktu akan segera dirasakan masyarakat.
Peningkatan Koordinasi Dan Tantangan Di Lapangan
Berbagai tantangan seperti kondisi tanah yang bervariasi, kepadatan kawasan perkotaan, dan hambatan teknis lainnya menjadikan proyek MRT fase 2A sebagai pekerjaan yang sangat kompleks. Peningkatan Koordinasi Dan Tantangan Di Lapangan menjadi fokus utama agar semua pihak yang terlibat dapat bergerak secara sinkron. Pemerintah pusat dan daerah terus menggelar rapat koordinasi teknis bersama PT MRT Jakarta. Penyesuaian jadwal pekerjaan juga dilakukan untuk meminimalkan potensi gangguan di lapangan. Selain itu, pelibatan aktif pemangku kepentingan, termasuk komunitas warga dan pelaku usaha di sekitar jalur proyek, dilaksanakan secara berkala. Langkah ini penting untuk menjaga kelancaran proses konstruksi di tengah lingkungan yang padat aktivitas.
Tak hanya fokus pada aspek fisik stasiun dan terowongan, pengembangan sistem transportasi yang terintegrasi juga dilakukan lewat paket CP207. Pekerjaan ini mencakup pengembangan sistem pembayaran otomatis (automatic fare collection system) yang akan mendukung konektivitas antarmoda. Saat ini, dokumen tender masih dalam proses klarifikasi guna memastikan sistem yang digunakan sesuai standar nasional maupun internasional. Sistem ini akan dirancang agar kompatibel dengan moda transportasi lain seperti Transjakarta dan LRT, sehingga memudahkan penumpang melakukan perpindahan moda dalam satu kartu atau aplikasi.
Sementara itu, pengadaan rolling stock melalui CP206 juga tidak kalah penting. PT MRT Jakarta kini tengah melakukan market sounding guna menjaring penyedia kereta generasi terbaru yang efisien, senyap, dan ramah lingkungan. Pengadaan ini ditargetkan rampung sesuai jadwal agar pengujian operasional dapat dilakukan tanpa hambatan berarti. Jika semua bagian proyek berjalan sesuai rencana, masyarakat akan segera merasakan manfaat penuh dari jaringan MRT yang semakin lengkap dan modern. Hal ini sekaligus menjadi model pembangunan transportasi publik bagi kota-kota lain di Indonesia, terinspirasi oleh Progres MRT.