Drama Laga Irak: Pattynama Dan Manajer Timnas Diusir Wasit
Drama Laga Irak: Pattynama Dan Manajer Timnas Diusir Wasit

Drama Laga Irak: Pattynama Dan Manajer Timnas Diusir Wasit

Drama Laga Irak: Pattynama Dan Manajer Timnas Diusir Wasit

Facebook Twitter WhatsApp Pinterest LinkedIn Tumblr Telegram Email Print
Drama Laga Irak: Pattynama Dan Manajer Timnas Diusir Wasit
Drama Laga Irak: Pattynama Dan Manajer Timnas Diusir Wasit

Drama Laga Irak Sebuah Keputusan Kontroversial Wasit Ma Ning Menandai Kekalahan Tipis Timnas Indonesia 0-1 Dalam Kualifikasi Piala Dunia. Pertandingan yang berlangsung di Stadion King Abdullah Sports City pada Minggu, 12 Oktober 2025, menyisakan insiden yang tidak lazim dan memicu kemarahan publik. Kekalahan tersebut terasa semakin pahit dengan adanya kartu merah aneh yang diberikan setelah peluit panjang berbunyi.

Sosok yang menjadi korban keputusan tak terduga tersebut adalah Shayne Pattynama. Bek kiri andalan Timnas Indonesia itu menerima kartu merah langsung dari wasit Ma Ning, meskipun ia sama sekali tidak bermain sepanjang 90 menit. Pattynama, yang duduk di bangku cadangan hingga pertandingan usai, tiba-tiba diusir wasit setelah terlibat percakapan di lapangan pasca-laga.

Insiden ini terjadi tepat setelah peluit akhir dibunyikan, saat Pattynama terlihat sedang berdiskusi dengan pelatih Irak, Graham Arnold. Dalam situasi yang seharusnya sudah tenang, wasit Ma Ning tiba-tiba mengeluarkan kartu merah. Momen ini langsung memancing protes keras dari sejumlah pemain, termasuk Jay Idzes dan Tom Haye, yang menganggap keputusan tersebut tidak dapat diterima karena pertandingan telah berakhir.

Drama Laga Irak ini kemudian memuncak ketika Manajer Timnas Indonesia, Sumardji, mendekat untuk melayangkan protes. Dalam suasana yang memanas, Sumardji terlihat mendorong wasit Ma Ning sebagai bentuk ketidakpuasan yang sangat keras terhadap keputusan wasit. Protes tersebut berujung pada pengusiran kedua. Ma Ning tanpa ragu mengeluarkan kartu merah lagi, kali ini ditujukan kepada Manajer Timnas Indonesia, Sumardji.

Kronologi Kartu Merah Aneh Dan Protes Pungkas

Kronologi Kartu Merah Aneh Dan Protes Pungkas bermula dari kekalahan 1-0 Timnas Indonesia dari tuan rumah Irak. Suasana tegang pasca-pertandingan tiba-tiba berubah menjadi kericuhan singkat akibat keputusan wasit. Setelah Ma Ning meniup peluit panjang, yang menandakan berakhirnya pertandingan, para pemain kedua tim mulai berinteraksi di tengah lapangan.

Shayne Pattynama, bek kiri yang berusia 26 tahun, tampak menghampiri dan berbicara dengan Graham Arnold, pelatih tim lawan. Saat itulah, dalam momen yang dianggap tidak lazim, wasit asal China, Ma Ning, tiba-tiba menginterupsi dan langsung mengacungkan kartu merah kepada bek kiri yang baru bergabung dengan Buriram Utd pada Juli 2025 itu. Keputusan untuk mengeluarkan kartu merah setelah peluit akhir dibunyikan dalam situasi di luar play dianggap anomali dalam regulasi pertandingan.

Melihat rekan setimnya diusir tanpa alasan yang jelas, sejumlah pemain inti Timnas Indonesia langsung bereaksi. Jay Idzes dan Tom Haye adalah beberapa pemain yang langsung mendatangi wasit Ma Ning untuk memprotes keputusan yang dinilai sangat tidak adil. Protes keras dari para pemain ini semakin meningkatkan tensi dan membuat situasi di lapangan semakin tidak kondusif.

Pada titik ini, Manajer Timnas Indonesia, Sumardji, memutuskan turun tangan. Sebagai penanggung jawab tim, Sumardji mendekat dan, sebagai puncak kekesalan, melakukan dorongan fisik terhadap wasit Ma Ning. Aksi dorongan ini segera dibalas oleh Ma Ning dengan mengeluarkan kartu merah kedua, kali ini ditujukan kepada sang Manajer. Insiden ganda ini memastikan bahwa kekalahan Indonesia di kualifikasi tersebut diwarnai dengan catatan yang sangat kontroversial.

Profil Dan Karir Shayne Pattynama Di Kancah Sepak Bola

Profil Dan Karir Shayne Pattynama Di Kancah Sepak Bola menunjukkan bahwa bek kiri Timnas Indonesia ini adalah pemain berpengalaman dengan latar belakang Eropa yang kuat. Shayne Elian Jay Pattynama, lahir di Lelystad pada 11 Agustus 1998, memiliki darah keturunan Indonesia dari pihak ayah, sementara ibunya berasal dari Belanda. Kombinasi dua budaya ini membentuk karakter disiplin dan kerja keras yang tercermin dalam gaya bermainnya di lapangan.

Pemain yang memiliki tinggi badan 1,85 meter ini merupakan seorang bek kiri dominan kaki kiri. Karir sepak bolanya dimulai di klub-klub pemuda ternama Belanda. Ia sempat menimba ilmu di SV Lelystad ’67 (2004-2007), Ajax (2007-2010), dan FC Utrecht (2010-2017). Pengalaman panjang di akademi tersebut membuatnya terbiasa bermain dengan tempo tinggi dan tuntutan taktik ketat khas sepak bola Eropa.

Sebelum bergabung dengan klub Thailand, Buriram United, pada Juli 2025, ia sempat bermain untuk beberapa klub profesional Eropa. Di antaranya adalah Utrecht U21, SC Telstar, Viking FK, dan KAS Eupen. Bersama Viking FK, klub Norwegia, ia mencatatkan 89 pertandingan dengan kontribusi 3 gol dan 12 assist. Capaian ini menunjukkan konsistensi dan produktivitasnya di sisi kiri lapangan. Performa stabilnya di Eropa menjadi alasan utama klub-klub Asia mulai meliriknya sebagai aset potensial.

Sejak bergabung dengan Timnas Indonesia pada 19 Juni 2023, Pattynama telah mencatatkan 12 pertandingan dan mencetak 1 gol. Kontribusinya termasuk 9 pertandingan di Kualifikasi Piala Dunia (di mana ia mencetak 1 gol), 2 pertandingan persahabatan, dan 1 penampilan di Piala Asia AFC. Dengan nilai pasar saat ini Rp4,35 miliar, Drama Laga Irak ini menjadi pengalaman pahit terbarunya. Namun dari setiap laga berat itu, Pattynama menunjukkan tekad untuk terus berkembang dan membawa Merah Putih bersaing di level tertinggi.

Implikasi Sanksi Dan Regulasi Kartu Merah Pasca-Laga

Implikasi Sanksi Dan Regulasi Kartu Merah Pasca-Laga menjadi topik pembahasan utama setelah insiden pengusiran Shayne Pattynama dan Manajer Sumardji. Keputusan wasit Ma Ning yang memberikan kartu merah setelah peluit akhir dibunyikan merupakan penegasan bahwa wasit memiliki wewenang penuh untuk memberikan sanksi atas perilaku yang tidak pantas, bahkan di luar waktu pertandingan normal. Kejadian ini kembali menyoroti pentingnya etika dan kontrol emosi bagi seluruh elemen tim, termasuk pemain cadangan dan ofisial.

Kartu merah yang diterima Pattynama, meskipun kontroversial karena ia tidak bermain, akan memiliki implikasi serius. Berdasarkan regulasi FIFA, kartu merah langsung biasanya mengakibatkan skorsing untuk pertandingan berikutnya. Hal ini berarti Timnas Indonesia akan kehilangan salah satu opsi pemain andalan di lini pertahanan dalam pertandingan Kualifikasi Piala Dunia selanjutnya. Situasi ini juga menimbulkan pertanyaan mengenai konsistensi penerapan aturan terhadap pemain non-aktif yang terlibat insiden di luar lapangan.

Sementara itu, pengusiran yang diterima oleh Manajer Timnas, Sumardji, juga akan ditindaklanjuti dengan sanksi dari komite disiplin. Tindakan dorongan fisik terhadap wasit dianggap pelanggaran serius dan kemungkinan besar akan berujung pada larangan mendampingi tim dalam beberapa pertandingan ke depan. Protes keras yang berujung pada kekerasan fisik terhadap perangkat pertandingan jarang ditoleransi. Kasus ini bisa menjadi preseden bagi federasi untuk memperketat regulasi terkait perilaku ofisial di area teknis.

Insiden ini tentu menuntut kajian ulang dari PSSI terkait Protokol tim saat berhadapan dengan wasit, terutama di momen pasca-pertandingan yang emosional. Keputusan wasit Ma Ning mungkin dinilai tidak lazim, tetapi reaksi dari kubu Indonesia harusnya lebih terkontrol. Pelanggaran regulasi ini menambah beban Timnas Indonesia setelah kekalahan 0-1 tersebut. Semua pihak kini menunggu laporan resmi wasit untuk mengetahui dasar pemberian kartu merah kepada Pattynama dan sanksi final bagi Manajer Timnas, yang menjadi penutup pahit dari Drama Laga Irak.

Share : Facebook Twitter Pinterest LinkedIn Tumblr Telegram Email WhatsApp Print

Artikel Terkait